Harga Minyak Dunia Tembus Tertinggi, Stok AS Menyusut

Harga Minyak Dunia Tembus Tertinggi, Stok AS Menyusut
Harga Minyak Dunia Tembus Tertinggi, Stok AS Menyusut

JAKARTA - Perdagangan minyak dunia pada Rabu, 24 September 2025 ditutup dengan lonjakan tajam, membawa harga ke level tertinggi dalam tujuh pekan terakhir.

Kenaikan ini dipengaruhi kombinasi faktor fundamental dan geopolitik, mulai dari penurunan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS), hingga gangguan pasokan dari Rusia, Venezuela, dan Irak.

Menurut data yang dilansir Reuters pada Kamis, 25 September 2025, harga minyak Brent meningkat 2,5% menjadi US$69,31 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 2,5% ke posisi US$64,99 per barel. Pergerakan ini mencerminkan sentimen bullish yang semakin kuat di pasar energi global.

Baca Juga

Tantangan dan Solusi Optimalisasi Energi Panas Bumi Indonesia

Penurunan Stok Minyak AS Jadi Pemicu Awal

Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat melaporkan bahwa persediaan minyak mentah pekan lalu turun 607.000 barel. Penurunan ini lebih rendah dibandingkan perkiraan, namun tetap memberikan dukungan terhadap harga.

“Laporan ini cukup mendukung mengingat terjadi penurunan di berbagai kategori,” ujar John Kilduff, mitra Again Capital, menekankan bahwa laporan EIA memberi sinyal positif bagi pelaku pasar.

Kondisi persediaan yang lebih ketat mendorong ekspektasi investor bahwa permintaan tetap kuat, sementara pasokan justru menghadapi tantangan di sejumlah negara produsen utama.

Faktor Geopolitik Memanaskan Pasar

Selain faktor stok, ketegangan geopolitik menjadi katalis penting dalam mendorong harga minyak. Dari Rusia, militer Ukraina dilaporkan menyerang dua stasiun pompa minyak di Volgograd. Serangan ini membuat kota pelabuhan Novorossiisk memberlakukan status darurat.

Novorossiisk sendiri merupakan salah satu pusat ekspor utama minyak dan gandum Rusia di kawasan Laut Hitam. Gangguan di wilayah ini memperburuk pasokan domestik Rusia, terutama setelah kapasitas kilang dalam negeri ikut menurun akibat serangan drone.

Situasi tersebut menciptakan kekhawatiran bahwa Rusia tidak dapat menjaga stabilitas pasokan, sehingga pasar global semakin tertekan oleh potensi kelangkaan energi.

Dinamika dari Timur Tengah

Dari sisi Timur Tengah, Menteri Minyak Iran, Mohsen Paknejad, menegaskan bahwa negaranya tidak akan memberlakukan pembatasan baru pada ekspor minyak, termasuk ke China. Pernyataan ini di satu sisi menenangkan pasar, namun di sisi lain tetap tidak mengurangi sentimen bullish karena pasokan global masih terganggu dari negara lain.

Sementara itu, Chevron terpaksa mengurangi ekspor minyak dari Venezuela akibat kendala izin yang berasal dari otoritas Amerika Serikat. Kondisi ini menambah tekanan terhadap ketersediaan pasokan global, sekaligus mendukung kenaikan harga dalam jangka pendek.

Irak-Kurdistan dan Kesepakatan Baru

Kabar dari Irak-Kurdistan juga turut memengaruhi sentimen pasar. Delapan perusahaan minyak internasional akhirnya mencapai kesepakatan prinsip dengan pemerintah pusat Irak serta otoritas regional Kurdistan untuk melanjutkan ekspor.

Meskipun kesepakatan tersebut dianggap langkah maju, kenyataannya harga minyak tetap mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar masih melihat banyak ketidakpastian dalam implementasi kesepakatan, termasuk kemungkinan adanya hambatan politik dan teknis yang bisa memperlambat realisasi ekspor.

Kombinasi Faktor Pendukung Kenaikan

Lonjakan harga minyak dunia kali ini tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan gabungan dari beberapa kondisi sekaligus. Penurunan stok minyak AS memberikan dasar fundamental yang kuat, sementara konflik geopolitik di Rusia, kendala ekspor dari Venezuela, dan dinamika di Irak-Kurdistan menambah lapisan risiko pada sisi pasokan.

Situasi ini membuat para pelaku pasar menilai harga minyak berpotensi tetap tinggi dalam waktu dekat. Analis memperkirakan ketidakpastian geopolitik akan terus menjadi faktor dominan, apalagi jika eskalasi konflik Rusia-Ukraina semakin meluas atau jika kebijakan ekspor Venezuela tidak segera menemukan kejelasan.

Implikasi bagi Pasar Global

Kenaikan harga minyak dunia memberi implikasi luas terhadap perekonomian global. Bagi negara pengimpor minyak, lonjakan harga ini berpotensi meningkatkan tekanan inflasi, terutama pada sektor transportasi dan energi. Sebaliknya, bagi negara produsen, kenaikan harga menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan ekspor.

Namun, volatilitas harga yang tinggi juga menimbulkan tantangan baru. Negara produsen harus menjaga stabilitas suplai agar tidak menimbulkan gejolak pasar lebih jauh, sementara negara konsumen perlu menyiapkan strategi diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan pada minyak mentah.

Lonjakan harga minyak dunia ke level tertinggi tujuh pekan terakhir menegaskan betapa rapuhnya pasar energi global terhadap kombinasi faktor fundamental dan geopolitik. 

Penurunan stok minyak AS, serangan terhadap infrastruktur energi Rusia, penurunan ekspor Venezuela, hingga dinamika ekspor Irak-Kurdistan semuanya berkontribusi menciptakan ketegangan baru.

Meski Iran menyatakan tidak ada pembatasan ekspor, kondisi global tetap tidak stabil. Pasar menilai risiko pasokan masih tinggi, sehingga harga berpotensi bertahan pada tren penguatan dalam jangka pendek.

Bagi investor maupun pelaku industri, perkembangan ini menjadi sinyal untuk lebih waspada menghadapi dinamika harga energi, sementara pemerintah di berbagai negara dituntut menyiapkan langkah antisipasi terhadap dampak inflasi dan potensi gejolak ekonomi yang ditimbulkan.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Resmi, PLN Umumkan Tarif Listrik Oktober–Desember 2025 Tetap Sama

Resmi, PLN Umumkan Tarif Listrik Oktober–Desember 2025 Tetap Sama

Rekomendasi 5 Rumah Murah di Purbalingga, Pilihan Hunian Mulai Rp100 Juta

Rekomendasi 5 Rumah Murah di Purbalingga, Pilihan Hunian Mulai Rp100 Juta

Indonesia Maksimalkan Nuklir dan Surya, Batu Bara Tinggal 7,8 Persen

Indonesia Maksimalkan Nuklir dan Surya, Batu Bara Tinggal 7,8 Persen

Bulog Siapkan 2.491 Ton Beras SPHP Untuk GPM Jatim

Bulog Siapkan 2.491 Ton Beras SPHP Untuk GPM Jatim

Realisasi KPR Rumah Subsidi Capai 221.047 Unit 2025

Realisasi KPR Rumah Subsidi Capai 221.047 Unit 2025